Coaching adalah konsep bermitra–membangun hubungan berbasis kepercayaan dengan tujuan mengembangkan coachee untuk mencapai tujuan pribadi mereka. Bersama dengan Coach Sulistio, kita berbicara mengenai konsep coaching, tools, pendekatannya dan juga skill mendengarkan yang menjadi hal yang penting dimiliki bagi coach untuk membangun kepercayaan dengan coachee.

 

Konsep Coaching

Photo by AP

Dalam proses pengembangan diri, metode coaching dapat menjadi salah satu pilihan tools yang tepat untuk memastikan pengetahuan yang sudah didapat di kelas dapat diterapkan saat peserta training kembali ke tempat kerja mereka.

Dengan metode pendampingan, coach memastikan apa yang sudah didapat oleh coachee dapat dijembatani dengan baik. Coach sendiri memiliki tujuan utama, yaitu membantu coachee dalam mengembangkan potensi mereka.

Salah satu contoh kisah coaching yang terkenal yang mungkin sudah banyak kita dengar adalah kisah pendakian gunung Everest yang dilakukan oleh Hillary Edmund dan Tenzing Norgay pasca perang dunia kedua.

Tepatnya pada 29 Mei 1953, Hillary dan Tenzing berhasil menjadi orang pertama yang sampai ke puncak gunung Everest, dengan Tenzing sebagai pemandu atau Sherpa untuk Hillary.

Menjadi orang pertama yang mencapai puncak Everest adalah impian Hillary, dan impian Tenzing adalah membantu Hillary dalam meraih impiannya tersebut. Dalam kisah ini, Tenzing berperan sebagai coach bagi Hillary dimana sesuai dengan tujuan dari coaching, yaitu mengembangkan potensi dari coachee hingga berhasil mencapai tujuannya.

 

Coaching, Counseling, Mentoring, Training

Salah satu tugas HR adalah mengembangkan karyawan pada perusahaan agar dapat berkontribusi untuk perusahaan. Ada 4 pendekatan yang dapat dilakukan oleh HR dalam mengembangkan karyawannya tergantung situasi;

 

Esensi Coaching

Konsep dari coaching sendiri adalah bermitra dengan klien, dimana tidak ada kedudukan yang lebih tinggi serta komitmen di antara coach dan coachee. Coaching dilakukan dengan memprovokasi pikiran dan proses kreatif, yang menginspirasi mereka untuk mengembangkan potensi pribadi dan professional.

Melalui provokasi pikiran dengan serangkaian pertanyaan, coach berusaha memunculkan potensi dan proses kreatif yang belum terbuka. Jika proses kreatif berkembang, maka akan ada inisiatif-inisiatif yang muncul sebagai hasilnya.

Esensi dari coaching adalah:

1. Kemitraan. Coach mendengarkan dengan sepenuh hati serta fokus dengan apa yang disampaikan oleh coachee untuk membangun kepercayaan.
2. Proses kreatif. Dengan mengajukan serangkaian pertanyaan untuk memprovokasi pikiran. Merupakan proses belajar dengan pendampingan.
3. Mengoptimalkan potensi. Dengan konsep inside out, memunculkan kesadaran diri dari seseorang, sehingga ownership atau rasa kepemilikan pada suatu pekerjaan pun akan meningkat.

Walaupun seorang coach kurang memiliki expertise di bidang pekerjaan coachee, tetapi dengan menggunakan skill set, tools set dan mindset yang ada, dapat membantu coachee dalam meraih tujuan mereka.

Sebagai contoh adalah dalam kisah pendakian Everest, Tenzing sebagai coach dalam pendakian ini harus memiliki mindset, skill set, dan tool set yang dibutuhkan untuk membantu Hillary dalam mencapai puncak. Mendaki gunung Everest bukanlah hal yang mudah, sehingga Tenzing perlu memiliki banyak pengetahuan yaitu pengetahuan pendakian, paham dengan cuaca, mengetahui jalan-jalan yang aman dan juga pengetahuan soal kesehatan.

Mindset, skill set, dan tool set ini pun tetap menjadi skill yang dibutuhkan untuk organisasi di jaman sekarang.

 

Membangun Kepercayaan dan Kedekatan

Agar proses coaching berjalan dengan efektif, maka coach perlu membangun hubungan berbasis kepercayaan dengan coachee. Trust atau kepercayaan adalah dasar dari setiap hubungan.

1. Mengembangkan kepercayaan dengan hubungan yang tulus. Coach tulus dalam membantu coachee dalam mencapai tujuannya.
2. Mensejajarkan diri dengan posisi coachee
3. Berperan sebagai seorang coach

Rumus:

T = C (Capability) x R (Reliability) x I (Intimacy)

C = Kemampuan
R = Dapat diandalkan
I = Kedekatan

Rumus ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa efektif coaching dapat berjalan yang ditunjukkan dalam angka.

Sebagai contoh, jika C = 10, R = 10, I = 10 makan nilai akan menjadi 1000, menunjukkan trust yang tinggi.

 

Peran-Peran Coach

Tugas pemimpin sebagai coach adalah menggali potensi dan mengakomodasi atau membantu anak buahnya, sehingga anak buah dapat berkontribusi dengan maksimal untuk perusahaan.

Potensi karyawan dapat dilihat dari sisi kemampuan dan motivasinya. Peran coach berdasarkan kemampuan dan motivasi coachee dapat dilihat di matriks berikut.

 

 

Penjelasan lanjut:

 

Listening Skills

Salah satu skill yang perlu dimiliki oleh coach adalah skill mendengarkan. Ini guna untuk membangun kepercayaan sehingga coachee nyaman untuk terbuka dengan coach.

Ada 3 tahap skill mendengarkan:

  1. Level 1: Internal Listening (fokus kepada kita sendiri & asumsi kita)
  • Tidak dapat memahami penuh apa yang disampaikan oleh coachee, karena dipengaruhi oleh persepsi diri sendiri

 

  1. Level 2: Listening to understanding (fokus kepada lawan bicara & situasi mereka)
  • Paham dengan apa yang coachee sampaikan, memahami apa yang dirasakan coachee walaupun hanya persepsi saja

 

  1. Level 3: Global Listening (fokus kepada lawan bicara & situasinya, emosi/perasaan, bahasa tubuh dan kata-kata yang tidak diucapkan)
  • Mendengarkan secara menyeluruh, memahami mulai dari apa yang disampaikan sampai bahasa tubuh