Saya baru saja menyelesaikan sebuah e-book yang dirilis oleh Online Learning Consortium (OLC) di kindle serta sebuah publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Rutledge, dengan judul Online & Blended Learning: Selection from the Field. Kedua publikasi tersebut memberikan saya beberapa pengetahuan mengenai praktek terbaik penerapan blended learning dan online learning. Seperti yang kita semua ketahui, pandemi COVID-19 membawa perubahan yang cukup dramatis mengenai pembelajaran organisasi.

OLC mengutip informasi dari Departemen Pendidikan Amerika Serikat yang merangkum 51 penelitian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan mengenai keefektifan metode pelatihan online (khususnya blended learning) dengan metode pelatihan konvensional tatap muka.

Hasilnya, secara umum penelitian tersebut mengatakan bahwa pelajar yang mengikuti metode pembelajaran campuran (blended), memberikan hasil dan kinerja pembelajaran yang lebih memuaskan dibandingkan dengan metode konvensional.  Penulis buku tentu saja menjelaskan secara rinci alasan-alasan mengapa ini terjadi.  Saya sendiri akan mencoba merangkum alasan tersebut ke dalam 6 alasan utama mengapa menurut penulis buku, metode pembelajaran blended dirasa lebih efektif.

 

 

  1. Instructional Design yang lebih ditingkatkan.

Metode pelatihan campuran (blended) lebih rinci dirancang dengan lebih hati-hati serta disesuaikan berdasarkan kondisi pembelajar, situasi, serta infrastuktur pendukung. Mereka menuangkan lebih banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk benar-benar merancang pembelajaran dengan metode ini.

  1. Mendorong lebih banyak bimbingan

Ketika para pembelajar mendapatkan pelatihan, mereka akan mendapatkan bimbingan, panduan dan arahan selama kelas tatap muka berjalan. Dan hanya ketika kelas tatap muka berjalan. Dalam pelatihan campuran, pelajar dan instruktur menggunakan infrastuktur pendukung untuk berinteraksi. Keterbatasan seringkali menjadi pemicu untu lebih banyaknya interaksi dan diskusi.

  1. Akses lebih mudah ketika melakukan aktivitas

Semakin banyaknya media online dan semakin cepatnya akses internet membuat pengembang aplikasi semakin kreatif mengkonversikan aktivitas-aktivitas fisik yang awalnya dilakukan secara tatap muka menjadi format daring yang tentu saja disesuaikan sehingga tidak hanya memberikan hasil serta tujuan pembelajaran yang sama, tapi juga dengan tingkat keseruan yang sama.

  1. Kesempatan belajar Individu

Materi digital yang dapat diakses oleh pelajar, bisa dibuat dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan serta keunikan setiap individu. Pelajar merasa konten materi lebih personal dan mendukung kebutuhan spesifik mereka. Penilaian online yang banyak tersedia dan mudah diakses juga memberikan kebebasan pagi pembelajar untuk belajar secara mandiri tanpa merasa mendapat perhatian lebih dari rekan-rekannya.

  1. Keterlibatan lebih melalui interaksi sosial

Walaupun pelajar merasa bahwa materi dan konten yang mereka dapatkan cocok untuk diri mereka secara individu, bukan berarti juga bahwa kebutuhan sosial dan interaksi dalam pembelajaran menjadi terkesampingkan. Tidak ada yang meragukan tingkat keterlibatan dan interaksi dalam pelatihan tatap muka, tapi kita semua juga harus mengakui, interaksi sosial menggunakan media sosial dan secara online juga ternyata tidak kalah efektifnya. Belum lagi kebebasan yang dimiliki setiap orang dalam menyampaikan pendapatnya secara online yang tentu saja diiringi dengan tanggung jawab.

  1. Waktu penyelesaian Tugas

Pelajar di waktu yang sama belajar mengenai disiplin diri dan mengatur waktu terbaik mereka untuk menyerap informasi. Keterbukaan informasi juga secara tidak langsung menjadi faktor motivasi mereka untuk menyelesaikan semua tugas secara mandiri. Semua ini didapatkan dari tekanan sosial rekan-rekan pembelajar lainnya, dan instrukturnya secara tidak langsung.

Mungkin Anda ingin mencoba metode pembelajaran secara blended? Siapa tahu Anda menjadi salah satu pembelajar yang merasa belajar secara campuran (blended) lebih memberikan hasil.