Pembelajaran Berbasis Aktivitas
 

Pembelajaran Berbasis Aktivitas – Saat ini, di abad 21, banyak sekali inovasi dan revolusi yang sudah diciptakan oleh manusia. Tentunya semua itu untuk mempermudah proses perkembangan pengetahuan itu sendiri. Pembelajaran pun kini tidak hanya dilakukan secara formal di sekolah atau instansi tertentu. Namun, juga dapat dilakukan secara informal melalui banyak media.

Learning and Development berawal dari Revolusi Industri di abad ke-19. Beberapa pemilik industri pada masa itu mulai mempertimbangkan untuk mengembangkan keterampilan para buruhnya, karena adanya ketimpangan dalam kemampuan bekerja. Pengadaan pelatihan atau training di tempat kerja pun menjadi tren tersendiri pada masa itu. Hal tersebut berlanjut hingga masa kini, di mana perkembangan dari Learning and Development sendiri pun sudah mengalami perubahan secara drastis seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Hal itu sejalan pula dengan perkembangan teknologi dunia.

Kita pun mulai menyadari pentingnya pendekatan “Pembelajaran Berbasis Aktivitas” atau yang biasa kita kenal juga sebagai Pembelajaran Berbasis Pengalaman atau Experiential Learning

Apa yang dimaksud dengan Berbasis Aktivitas?

Seperti namanya, pembelajaran berbasis aktivitas (Experiential Learning) melibatkan cara belajar yang berpusat pada “mengalami”. Berbasis aktivitas, hal ini bisa dipandang sebagai suatu pendekatan yang menekankan pada kegiatan para peserta belajar/pelatihan secara optimal. Dengan tujuan memperoleh hasil pembelajaran antara perpaduan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor sekaligus.

Pembelajaran dengan orientasi aktivitas menekankan keterlibatan peserta secara optimal, artinya dengan pembelajaran tersebut dapat diperoleh keseimbangan antara aktivitas fisik, emosional, mental dan intelektual. Pendekatan pembelajaran eksperiental, menurut David Kolb, EL dapat didefinisikan sebagai proses di mana pengetahuan diperoleh melalui transformasi berdasarkan pengalaman.

Dengan demikian, pendekatan ini mengharuskan peserta belajar untuk memiliki peran aktif saat proses belajar. Mereka harus terjun untuk mengalami apa yang hendak dipelajari. Selanjutnya, diikuti oleh sebuah analisa atau refleksi, sebagai metode untuk meresapi dan memahami apa yang sudah dilakukan atau dipelajari selama terjadinya proses pembelajaran.

Teori ini pun dipertegas oleh John Dewey (1859-1952) yang menyatakan bahwa kita tidak belajar dari pengalaman, melainkan kita belajar dari refleksi kita terhadap pengalaman tersebut. Pembelajaran eksperiental dapat diterapkan dalam bentuk permainan, simulasi, atau pemecahan suatu masalah.

Seberapa Efektifkah Pembelajaran Berbasis Aktivitas?

Percaya atau tidak, saat mendapat informasi baru, kita cenderung akan melupakan informasi tersebut setelah beberapa hari. Apabila pada hari pertama, tingkat retensi informasi itu sebesar 80 persen, maka tingkat retensi tersebut akan menurun seiring dengan berjalannya waktu. Hingga hanya menyisakan sekitar lima persen pada hari ketiga puluh.

Di sinilah pendekatan pembelajaran eksperiental mulai menjadi signifikan sebagai bentuk solusi atas masalah tersebut, karena retensi informasi yang didapatkan dari pembelajaran berbasis aktivitas jauh lebih tinggi dari pada pembelajaran yang dilakukan dengan cara tradisional.

Bagi HR yang sedang mencari metode training yang berbeda, mungkin bisa mencoba menerapkan eksperiental learning. Beberapa keuntungan dari menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas adalah sebagai berikut:

 

Pembelajaran Berbasis Aktivitas Mencerminkan Keadaan di Dunia Nyata

Dalam penerapannya, kebanyakan pembelajaran eksperiental mengajak peserta untuk menyelesaikan masalah yang biasa dihadapi di dunia nyata, seperti di tempat kerja dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah didapat pada kegiatan sehari-hari.

Dibantu dengan permainan simulasi, partisipan/peserta akan diajak untuk memecahkan permasalahan dari suatu skenario yang sudah dirancang agar mirip dengan apa yang dapat terjadi di kehidupan sehari-hari. Hal ini akan sangat membantu menjembatani teori dan praktiknya di dunia nyata. Dengan membawa permainan yang dapat diaplikasikan dan juga menyenangkan, maka akan membantu retensi peserta tetap terjaga.

 

Pembelajaran Berbasis Aktivitas Tidak Mudah Dilupakan

Upaya menjaga atensi peserta juga perlu diiringi dengan pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini untuk memastikan bahwa peserta paham dengan apa yang sudah mereka dapatkan, hingga mampu mengaplikasikannya di kemudian hari. Metode experiential learning dapat membantu peserta turut aktif selama sesi berlangsung.

Dengan pembelajaran yang interaktif, peserta juga dapat saling memberi ilmu antara satu sama lain. Dengan melibatkan peserta secara langsung dalam memecahkan permasalahan yang diberikan, maka tingkat pemahaman peserta pada hasil pembelajaran juga lebih menjadi tinggi. Pengetahuan yang telah diperoleh pun tak mudah luntur oleh waktu.

 

Briktru Indonesia memiliki keunggulan ini. Kami merupakan salah satu vendor training karyawan di Indonesia yang menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *